Pakar Kesehatan dr Dicky Budiman merasa prihatin melihat masih banyak anak-anak dan remaja di Indonesia yang terus merokok. Mereka bahkan dengan seenaknya merokok di tempat umum, entah itu rokok tembakau atau vape. Menurut dr Dicky, hal ini menunjukkan bahwa regulasi terkait larangan merokok bagi anak-anak dan remaja masih lemah di Indonesia. Apalagi, Indonesia dikenal sebagai negara dengan jumlah perokok aktif terbanyak di dunia.
“Industri rokok saat ini membidik generasi muda sebagai target pasar utamanya. Oleh karena itu, Indonesia masuk dalam daftar negara dengan tingkat perokok tertinggi di dunia, dengan angka lebih dari 50 persen. Ini sungguh mengkhawatirkan,” ujar dr Dicky dalam wawancara dengan MNC Portal pada Jumat, 12 Juli 2024.
Menurut dr Dicky, pemerintah dapat mencegah peningkatan jumlah generasi muda yang merokok dengan cara meningkatkan pajak rokok dan memberlakukan aturan yang lebih ketat terkait konsumsi rokok bagi anak-anak dan remaja. Bahkan, kelompok usia tersebut seharusnya benar-benar dilarang merokok, termasuk menggunakan vape atau rokok elektrik.
Namun sayangnya, masih banyak masyarakat yang salah kaprah dengan anggapan bahwa vape lebih aman dibandingkan rokok tembakau atau konvensional. Padahal, kenyataannya tidak demikian.
“Vape yang memiliki berbagai rasa dan kemasan menarik justru cenderung lebih berbahaya daripada rokok konvensional,” tegas dr Dicky. Ia juga menekankan agar tidak terpedaya dengan variasi rasa yang ditawarkan oleh vape yang membuatnya terlihat tidak berbahaya.
“Dengan berbagai rasa yang menarik, vape seolah-olah terkesan aman, padahal sebenarnya bisa jauh lebih berbahaya. Penggunaan vape juga berisiko menimbulkan kecanduan, karena banyak yang menganggapnya bukanlah rokok,” tambah dr Dicky.
Oleh karena itu, dr Dicky menyarankan agar pemerintah mengambil langkah tegas dalam melarang anak-anak dan remaja untuk mengakses produk-produk rokok. Hal ini penting agar generasi emas Indonesia tidak menjadi perokok aktif di masa depan.
“Ini adalah hal yang harus dipertimbangkan serius oleh pemerintah,” tutup dr Dicky.