Baru-baru ini, publik Tanah Air dihebohkan dengan kasus puluhan korban mabuk kecubung di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Ada 56 orang yang menjadi korban mabuk kecubung, dan sayangnya dua di antaranya telah meninggal dunia. Kecubung sendiri merupakan tanaman yang bisa ditemukan di wilayah Indonesia bagian tengah dan barat. Jika dikonsumsi secara berlebihan, tanaman ini bisa memabukkan dan bahkan menyebabkan efek halusinasi yang sangat berbahaya.
Dokter Firdaus Yamani dari RSJ Sambang Lihum, Banjarmasin, mengungkapkan bahwa efek mabuk kecubung ini bisa sangat merugikan. Korban bisa mengalami halusinasi berat yang baru hilang setelah sekitar tujuh hari. “Efeknya bisa bertahan hingga seminggu setelah pertama kali atau sekali menggunakan kecubung,” ujar Dokter Firdaus dalam Media Briefing bersama PB IDI.
Selain itu, penggunaan kecubung secara terus menerus juga dapat berdampak buruk pada kejiwaan para korban. Hal tersebut bisa menyebabkan kerusakan pada otak dan menimbulkan halusinasi berkepanjangan hingga gangguan jiwa. “Penggunaan berulang kecubung dapat menyebabkan kerusakan otak yang lebih serius, menyebabkan gangguan jiwa yang menyebabkan halusinasi berkepanjangan, perilaku kacau, dan penurunan fungsi kognitif,” jelas Dokter Firdaus.
Tak hanya itu, konsumsi kecubung juga dapat berdampak pada kesehatan fisik korban. Dokter Firdaus menjelaskan bahwa kecubung bisa menyebabkan kematian akibat gagal napas karena depresi pernapasan dan kelumpuhan otot pernapasan. “Kematian bisa terjadi karena gagal napas akibat depresi pernapasan dan kelumpuhan pada otot pernapasan, serta denyut jantung yang cepat,” tambahnya.
Dengan demikian, penting bagi masyarakat untuk lebih waspada terhadap bahaya kecubung dan tidak mengkonsumsinya secara sembarangan. Edukasi tentang tanaman ini perlu dilakukan agar masyarakat lebih sadar akan risikonya. Jika ada orang yang terkena dampak kecubung, segera cari bantuan medis dan konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Kasus mabuk kecubung di Banjarmasin menjadi pelajaran penting bagi semua pihak untuk lebih berhati-hati dalam mengonsumsi tanaman obat-obatan. Kesehatan dan keselamatan diri harus menjadi prioritas utama, sehingga kita dapat terhindar dari risiko yang tidak diinginkan. Semoga kejadian ini menjadi pembelajaran bagi kita semua agar lebih berhati-hati dalam menggunakan obat-obatan alami.